Sunday, April 6, 2008
Monday, February 25, 2008
Happy birthday
Lieve Anya, van harte gefeliciteerd met je verjaardag.
My lovely Anya, Happy birthday, wish you have a joyful birthday.
Putriku tersayang Anya, Selamat ulang tahun yang ke-11, semoga Tuhan memberkahimu kebahagiaan, kesehatan, menjadi anak yang baik hati, rajin dan cerdas.
Doa ibu senantiasa menyertaimu.
Sunday, February 10, 2008
Matematika Tuhan
Kehidupan dimulai bangun tidur, niatkan perbanyak kebaikan biar hidup lebih berarti.
Syukuri, Nikmati, Jaga, dan Pelihara yang terberi oleh Tuhan
Simak dan Pelajari Matematika Tuhan, karena Dia pengujinya, terima dan biarkan seandainya satu tambah satu tidak sama dengan dua, mungkin hanya waktu dan tempat yang berbeda yang kita sadar kalau penjumlahan Tuhan itu benar yang terpenting kita iklas dan yakin Tuhan pasti adil .
Ubah Pola Pikir dalam bekerja, bahwa kita bekerja bukan untuk orang lain, tapi untuk diri sendiri dan Tuhan, karena accounting Tuhan PASTI Balance, tidak ada rekayasa dan Manipulasi, hanya kadang timbul buah yang berbeda di lain waktu dan tempat
Jangan memanipulasi keadilan dengan “rasa” karena rasa di selimuti “Nafsu”, keadilan ada di satu tangan, yaitu tangan Tuhan.
By: Joko Suharto
Wednesday, February 6, 2008
Anakmu bukanlah anakmu
Namun hal ini sering kali tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh orang tua. Anak ketika beranjak dewasa memilih jalan hidup mereka sendiri, memilih karir atau pekerjaan yang sama sekali tidak diharapkan bahkan dibayangkan oleh orang tua mereka sebelumnya. Akibatnya adalah kekecewaan pada orang tua. Orang tua merasa bahwa mereka telah begitu banyak berkorban demi masa depan anak-anaknya, tetapi harapan tersebut tidak dipenuhi oleh anak-anak. Konflik antara anak dan orang tua kerap terjadi. Anak merasa bahwa orang tua tidak mau mengerti jiwa mereka, sedangkan orang tua merasa dilecehkan karena tidak dihargai dan dihormati oleh anak-anak.
Tidak pernah ada sekolah untuk belajar bagaimana menjadi orang tua yang baik. Tiap orang tua pada umumnya menjadi tahu (walaupun belum tentu belajar untuk memahami) menjadi orang tua adalah dengan menjalaninya. Kita meyakini bahwa bagaimana orang tua yang baik atau yang buruk adalah seperti etika moral tak tertulis. Menjadi orang tua yang baik memerlukan proses (siklus) pembelajaran yang tiada henti. Bisa belajar dari pengalaman orang lain, dari buku atau dari diri sendiri.
Orang tua yang memahami kehidupan tentunya tidak akan menyesali jalan kehidupan anak-anaknya. Tiap orang, baik kita sendiri, anak, saudara, teman, lawan, penjahat, atau siapa saja, memiliki garis hidup masing-masing. Kita sebagai orang tua berkewajiban untuk mengarahkan anak-anaknya ke jalan yang baik, jalan yang benar. Memberi tahu akibat dan konsekuensi yang mungkin timbul dari tiap jalan yang akan ditempuh, jalan yang baik atau jalan yang buruk. Anak berhak memutuskan jalan yang mana yang akan ditempuh. Hargailah keputusan itu, walaupun itu keputusan anak, seperti kita bisa menghargai keputusan orang lain.
Orang tua supaya tidak terlalu kecewa oleh anak, sebaiknya berkaca pada diri sendiri. Anak bukanlah bagian dari diri kita sendiri, walaupun ada garis darah, tapi anak memiliki pribadinya sendiri. Seperti kata pujangga Khalil Gibran: “anakmu bukanlah anakmu, Tuhan mengasihi anak panah yang meliuk dengan pesat seperti mengasihi busur yang kuat..” Jadi, orang tua bukanlah sang pemanah, dan anak adalah anak panah yang bisa pergi kemana dia suka, walaupun sudah dibidik dengan tepat.
I've learnt
All you can do is be someone who can be loved.
The rest is up to them.
I've learned - that no matter how much I care,
some people just don't care back.
I've learned - that it takes years to build up trust,
and only seconds to destroy it.
I've learned - that it's not what you have in your life
but who you have in your life that counts.
I've learned - that you can get by on charm
for about fifteen minutes. After that, you'd better know something.
I've learned - that you shouldn't compare
yourself to the best others can do but to the best you can do.
I've learned - that it's not what happens to people
that's important. It's what they do about it.
I've learned - that you can do something in an instant
that will give you heartache for life
I've learned - that no matter how thin you slice it,
there are always two sides.
I've learned - that it's taking me a long time
to become the person I want to be.
I've learned - that it's a lot easier to react than it is to think.
I've learned - that you should always leave loved ones withloving words.
It may be the last time you see them.
I've learned - that you can keep going
long after you think you can't.
I've learned - that we are responsible for what we do,
no matter how we feel.
I've learned - that either you control your attitude
or it controls you.
I've learned - that regardless of how hot and steamy
a relationship is at first,
the passion fades and there had better be
something else to take its place.
I've learned - that heroes are the people
who do what has to be done when it needs to be done,
regardless of the consequences.
I've learned - that learning to forgive takes practice.
I've learned - that there are people who love you dearly,
but just don't know how to show it.
I've learned - that money is a lousy way of keeping score.
I've learned - that my best friend and I can do anything
or nothing and have the best time.
I've learned - that sometimes the people you expect
to kick you when you're down will be the ones to help you get back up.
I've learned - that sometimes when I'm angry
I have the right to be angry, but that doesn't give me
the right to be cruel.
I've learned - that true friendship continues to grow,
even over the longest distance.
Same goes for true love.
I've learned - that just because someone doesn't love you
the way you want them to doesn't mean
they don't love you with all they have.
I've learned - that maturity has more to do with
what types of experiences you've had
and what you've learned from them and less to do with how many
birthdays you've celebrated.
I've learned _ that you should never tell a child
their dreams are unlikely or outlandish.
Few things are more humiliating, and
what a tragedy it would be if they believed it.
I've learned - that your family won't always
be there for you. It may seem funny, but people you aren't related to
can take care of you and love you and teach you to trust people again.
Families aren't biological.
I've learned - that no matter how good a friend is,
they're going to hurt you every once in a while
and you must forgive them for that.
I've learned - that it isn't always enough
to be forgiven by others.
Sometimes you have to learn to forgive yourself.
I've learned - that no matter how bad
your heart is broken the world doesn't stop for your grief.
I've learned - that our background and circumstances
may have influenced who we are,
but we are responsible for who we become.
I've learned - that sometimes when my friends fight,
I'm forced to choose sides even when I don't want to.
I've learned - that just because two people argue,
it doesn't mean they don't love each other
And just because they don't argue, it doesn't mean they do.
I've learned - that sometimes you have to put
the individual ahead of their actions.
I've learned - that we don't have to change friends
if we understand that friends change.
I've learned - that you shouldn't be so
eager to find out a secret.
It could change your life forever.
I've learned - that two people can look
at the exact same thing and see something totally different.
I've learned - that no matter how you try to protect
your children, they will eventually get hurt
and you will hurt in the process.
I've learned - that there are many ways of falling
and staying in love.
I've learned - that no matter the consequences,
those who are honest with themselves
get farther in life.
I've learned - that no matter how many friends you have,
if you are their pillar you will feel lonely
and lost at the times you need them most.
I've learned - that your life can be changed
in a matter of hours by people who don't even know you.
I've learned - that even when you think
you have no more to give,
when a friend cries out to you, you will find the strength to help.
I've learned - that writing, as well as talking,
can ease emotional pains.
I've learned - that the paradigm we live in
is not all that is offered to us.
I've learned - that credentials on the wall
do not make you a decent human being.
I've learned - that the people you care most about in life
are taken from you too soon.
I've learned - that it's hard to determine
where to draw the line between being nice and
not hurting people's feelings
and standing up for what you believe.
If you think you are beaten, you are;
If you think you dare not, you don't;
If you'd like to win, but think you'll lose, you're lost.
For out in the world we find success begins with a person's faith;
It's all in the state of mind.
Life's battle don't always go to the stronger or faster hand;
They go to the one who trusts in God and always thinks
"I can."

Thursday, January 31, 2008
MEMANDANG
Sekian lama nggak posting blog. Kali ini saya posting sebuah tulisan mengenai hakikat memandang. Apa ya? Silakan dibaca deh, karena saya cuma posting aja, bukan penulisnya...
Memandang adalah hakekat dari melihat dengan panca indra
informasi yang kembali dari hasil melihat dengan mata adalah memandang
memberi kesimpulan dari hasil memandang tergantung kwalitas "Pemandang"
ukuran/size menjadi acuan dari kesimpulan
pengalaman menjadi pedoman memberi ukuran
jarak pandang menentukan segala kesimpulan
Tidak jarang kita terlalu dekat memandang sesuatu, sehingga sesuatu yg kecil menjadi besar
pernah juga kita memandang terlalu jauh sampe tdk terlihat sesuatu dan hanya putih bagai awan yg terlihat
terus bagaimana sebaiknya memandang??
Tuhan membuat garis yang jelas, yang memisahkan dekat dan jauh
panca indra adalah sarana jarak pandang yg deket dan terjangkau
Hati Nurani adalah jarak pandang yang tak terjangkau dan tak terbatas
bagaimana hati nurani bisa melihat padahal fungsinya bukan untuk melihat
membersihkan hati agar bisa melihat adalah awal perjalanan kehidupan
setiap menatap pandang adalah nikmat dan syukur serta keikhlasan
Banyak ajaran agama atau keyakinan berbeda menjelaskan secara sederhana tentang pentingnya hati
tapi tidak banyak yg memahami isi dan makna yang tersirat
agama dan keyakinan ada wasilah/alat untuk mencapai Tuhan
tapi yg terjadi agama adalah sebagai tujuan
Oleh: Joko Suharto
Friday, January 4, 2008
Buruknya Pelayanan Kesehatan di Belanda
Kalau saya ditanya mengenai hal ini, saya langsung jawab: buruk sekali! very bad! disappointing!
Saya menggalami pengalaman yang buruk, karena sakit dan harus datang ke dokter umum (huisart) sampai akhirnya huisart merujuk ke dokter spesialis ahli bedah (Chirrug) ke rumah sakit. Semuanya mengecewakan. Kesan saya: petugas medis dan paramedis di Belanda tidak bisa bekerja dengan profesional menangani pasien. Saya tidak mengerti sistem pelayanan kesehatan di Belanda. Tapi, dengan pengalaman ini, saya berkesimpulan bahwa sistem pelayanan kesehatan dan emergency-nya buruk!
Mulai dari daftar ke huisart, saya harus mencari di internet huisart yang melayani penduduk dengan nomor kode pos yang sesuai. Ada beberapa huisart yang bisa saya hubungi dan saya mencoba mulai yang paling dekat dengan tempat tinggal di daerah Lombok (he..he.. ada juga lho Lombok di Utrecht, nggak cuma di Indonesia aja). Di tempat yang pertama, saya harus telpon berulang kali, karena telpon otomatisnya nggak ada yang angkat, cuma mesin doang yang jawab dan itupun luama banget. Padahal itu hari kerja, bukan hari Jumat atau weekend. Akhirnya setelah dapat kontak, saya diminta datang untuk mengisi formulir pendaftaran. Setelah datang ke medical center (Gezondheidscentrum), ternyata asuransi saya (student insurance) nggak diterima, dengan alasan bukan Dutch Insurance! Giele bener..!!! Padahal kan kantor pusatnya AON ada di Roterdam? Apa maksudnya karena saya bukan warga negara Belanda, jadi dia minta Dutch Insurance? Diskriminasi juga pelayanan kesehatan di Belanda.. :(
Petugas resepsionistnya bilang saya bisa buat appointment langsung lewat telpon tanpa mengisi formulir pendaftaran. Waduh.. berarti saya harus telpon keesokan harinya, karena waktu itu saya datang ke Gezondheidcentrum sore hari. Keesokan harinya (hari Jumat), coba telpon mau buat appoitment lagi ke Gezondheidcentrum yang sama, tapi telponnya nggak ada yang angkat. Karena merasa urgent, dan saya pikir sudah hari Jumat, saya telpon ke emergency unit. Tapi yang saya dapatkan malah omelan dari reseptionist bahwa nomor yang hubungi itu hanya untuk keperluan emergency. Lho.. dia kira saya main-main dan bukan sakit beneran?
Merasa jengkel dengan pelayanan Gezondheidscentrum di Lombok, saya tanya kawan dokter yang mungkin punya langganan Huisart. Akhirnya atas bantuan dr. Eva, saya bisa buat appointment dengan huisart lain untuk Jumat sore itu juga. Syukurlah, saya tadinya khawatir harus menunggu sampai hari Senin untuk hanya bisa datang ke dokter. Di gezondheidscentrum ini, asuransi saya juga tidak diterima, sehingga saya harus bayar tunai. AON menjamin penggantian biaya dokter jika kita mengirim asuransi beserta formulirnya (semoga prosesnya cepat).
Sore itu saya datang ke Gezondheidscentrum di Oog in Al ditemani Anya dengan tertatih-tatih menahan sakit yang amat sangat. Huisart-nya baik, dan pemeriksaan seperti biasa, sama dengan dokter di Indonesia. Dia hanya memberi saya obat luar untuk menggatasi hemorrhoid dan bubuk fiber untuk membantu melancarkan pencernaan. Obat penahan sakit (parasetamol) dapat juga diminum. Tiga hari kemudian, saya diminta datang untuk pemeriksaan ulang.
Tiga hari kemudian, saya masih sakit. Huisart merujuk saya ke dokter spesilis bedah di salah satu ziekenhuis (rumah sakit), seraya mengatakan saya dapat minum analgetik dengan frekuensi dan menggunakan salep lebih sering. Karena waktu itu sehari menjelang Natal, saya langsung menelpon rumah sakit untuk buat appointment dan dapat jadwal tanggal 3 Januari. Ooh.. lamanya. Saya harus bersabar menahan sakit. Sempat juga bingung, apa yang akan terjadi tanggal 3 itu, apakah hanya pemeriksaan atau saya langsung akan diambil tindakan oleh dokter atau paramedis. Kedua kalinya saya telpon rumah sakit, saya diberitahu bahwa hari itu (tanggal 3) untuk pemeriksaan awal di polikliniek, jadi lumayan tenang.
Dengan hanya mengandalkan obat luar dan penahan sakit, perlahan-lahan sakit-nya berkurang juga setelah 14 hari. Saat appointment dengan dokter spesialis tiba, saya membawa semua persyaratan yang diminta ketika saya buat janji lewat telepon. Seorang kawan menemani kami ke ziekenhuis, walau saya tahu dia sebenarnya keberatan, dan saya sebenarnya merasa tidak enak hati karena sudah merepotkan. Tapi.. sudahlah..
Sampai di resepsionist, saya diminta menyerahkan paspor dan kartu asuransi, kemudian saya di berikan kartu pasien dan diminta datang ke poli bedah. Di poli bedah, seorang paramedis mengambil karut saya, mencatat data dan mengatakan: "anda datang lagi minggu depan, jam 9 pagi untuk pemeriksan".
Hah...? saya terperangah, kaget. "Not today?"
"It's too late", she said.
Memang appointment hari itu jam 17.05, dan saya datang 30 menit sebelumnya, dan kata dia "ini sudah terlalu sore".
Sialan lu..! Kuesel banget deh.. Mengapa saya diberi jadwal hari Kamis sore? Untuk apa saya disuruh datang sore itu? Kalau hanya buat appointment untuk pemeriksaan minggu depan? Kan bisa lewat telpon pada saat saya telpon pertama kali (tanggal 24 Des)?
Andaikata saya pasien yang terluka parah memerlukan tindakan segera, apakah mereka akan bertindak seperti ini juga? Apakah menunggu pasien sampai sekarat, baru mereka mau melayani dan memberikan tindakan?
Kalau bisa, jangan sampai sakit selama studi di Belanda. Nggak cuma sakit badan, tapi juga jadi sakit ati. Makanya jaga kesehatan baik-baik. Walau biaya dokter dan rumah sakit dicover oleh asuransi (dan tentunya kita atau beasiswa yang bayar juga untuk ini).
Keep healthy guys...