Friday, November 30, 2007

Museum for education and fun


Museum for education and fun (Museum sebagai sarana pendidikan dan bersenang-senang)

Netherlands has many museums over the cities. There are more than 50 museums,
woww! I visited several museum in Holland, such as Kroller-Muller museum, Openlucht (Open air) museum in Arnhem, Naturalist (in Leiden), Panorama mesdag (is it a museum?) in Den Haag, Molluks history and Train museum in Utrecht, Madame Tussaud (wax museum) in Amsterdam. Some castles I visited is also like a museum. Many others museum I haven't visited yet.

Each museum has its own characteristics and topic. They are all have lots of information related with subjects and collections. Moreover, they also have lots of fun and creative playground for children and adults. Museum here in Holland is a place to get knowledge and enjoy the atmosphere with creative things.

Compare with museum in Indonesia, museum in Holland is amazing! Students and children in Indonesia would come to a museum only if their teacher asked them to do so in order to fulfill task or assigment for subjects, such as social (history) and science. Children and students never have fun at the museum. They never enjoy it.

I remember when I was a kid, my mother who worked as an archeologist, sometimes brought me to her study sites, an historic place or museum. My first impression was museum in Indonesia (generally) is an old building and not interesting at all. People do not care with museum and their collections. Hence, thief can easily steal those valuable collections!

One more thing, in the beginning when I told Anya to come along with me to the museum she didn't want to join, but we went there. I got special discount rate as a member of International Neighbouhood Group (ING) Utrecht Univ. After we explore the museum, finally she really interested and she said that she wanted to come there again!

Here I attach a picture from Spoorweg (Train) museum.

I'm dreaming some day Indonesia has a good and interesting museum for education and for fun. Duh, kapan ya museum di Indonesia lebih atraktif dan menarik?

Wednesday, November 28, 2007

Gelar

Sebuah gelar merupakan kebanggaan bagi banyak orang, baik itu gelar akademik, gelar kebangsawanan dan gelar keagamaan atau gelar yang lain. Sebuah gelar dapat menunjukkan status atau hirarki seseorang. Itu baru sebuah gelar, apalagi bila seseorang memiliki lebih dari satu gelar. Maka sebuah nama akan menjadi lebih panjang dengan berderet gelar yang disandangnya.

Tidak salah dengan kebanggaan mencapai suatu gelar. Namun apakah itu perlu dicantumkan? Apalagi dengan mengubah akte kelahiran setiap mendapat gelar baru? Agar semua orang tahu pangkat derajat atau bahkan kemampuan (ilmu) yang telah ditempuhnya?

Menurut saya, perlu tidaknya gelar dicantumkan tergantung pada keperluan, situasi dan kondisi. Seorang dosen tentu harus mencantumkan gelar akademik tertingginya ketika menguji seorang mahasiswa, tapi apakah itu gelar itu perlu ketika dia mendaftar membeli tiket kereta api atau pesawat terbang?

Saya jadi teringat dengan tulisan Pak Andi H. Nasution (alm). Beliau dengan rendah hati tidak mencantumkan gelar akademik yang telah disandangnya, walaupun untuk keperluan dinas. Seorang stafnya mengingatkan beliau untuk mencantumkan gelar haji-nya, walau Pak Andi tidak berkenan mencantumkan gelar akademiknya. Sementara banyak orang lain begitu bangga dengan gelar akademik, sampai jalan pintas pun ditempuh untuk mendapatkan gelar tersebut. Membeli sebuah gelar bukan hal yang aneh di negeri ini bukan? Gelar doktor dapat diperoleh hanya dalam waktu sangat singkat, dengan membayar sejumlah uang.

Hegemoni uang, pangkat, derajat dan kekayaan. Selanjutnya, kebanggaan macam apa yang dapat diharapkan dari perilaku seperti ini?

Friday, November 23, 2007

The Hague: city of Peace, Justice, Diplomacy and Democracy

History

The Hague is a beautiful city behind the dunes and today still known as 'the largest village of Europe ', that over the past 800 years has grown from a small hamlet to a city of 500.000 inhabitants.

With the Dutch Houses Parliamant, the Dutch Supreme Court, the Peace Palace, the International Court of Justice and the Foreign Embassies The Hague is an international city of peace, justice, diplomacy and democracy. And plus to that: it's also a city full of Royalty.

The Hague is the seat of government, but, somewhat anomalously, not the capital of the Netherlands , a role set aside by the Dutch constitution for Amsterdam . Queen Beatrix of the Netherlands lives and works in The Hague .

The Hague was founded in 1248 by William II, Count of Holland and King of Germany, who was supposed to become the Holy Roman Emperor. He started the construction of a castle in a forest near the sea in Holland , where he intended to live after his coronation. He died in battle before he could be crowned. His castle was never finished, but parts of it remain and are now called the Ridderzaal (Knights' Hall). It is still in use for political events, such as the annual speech from the throne by the monarch.

The centre of Dutch democracy: the Binnenhof with the Houses of Parliament and the Knights' Hall. The Netherlands as a constitutional monarchy with a parliamentary system).


Makna Kehidupan

Seuntai kata, sebaris kalimat, sejuta makna...
Saya upload petikan email berikut dalam blog, karena ada falsafah yang terkandung di dalamnya dan harapan semoga memberi makna dan kesan yang dalam...

salam damai,

Banyak kegiatan, fasilitas, sarana, prasarana, suami, istri, teman,saudara untuk mengasah otak dan mengajak untuk menjadi pintar dan genius, tapi sedikit sekali hubungan, suami, istri, teman,saudara dan yang lain untuk mengasah hati dan mengajak menjadi ngerti dan baik, menjadi mengerti akan hidup dan kehidupan, mengerti yang di hidupi dan yang menghidupi, mengerti makna hidup dan manfaat kehidupan.

Sedikit sekali para guru, sekolah mengajarkan tentang budi pekerti yang menjadikan hati jadi tajam dan sensitif, tidak banyak orang tua yg punya waktu luang dan pemahaman bathin yang dalam bagi anaknya untuk memberi arahan tentang hakekat kehidupan. Juga tidak banyak orang tua yang bisa menerangkan jari manis dan menularkan sifat manis ke anaknya, bersikap manis dalam suka dan duka. Jari manis tidak pernah protes dan berubah nama menjadi jari tengah walau dia dibuat untuk membersihkan kotoran dan biasa saja dan tidak terlalu gembira walau dia di pakai makan enak.

Para orang tua juga harus koreksi dan benahi diri. Kehidupan yang dia jalani sudah banyakkah garam kehidupan yang dia peroleh sehingga bisa punya hati seluas dan sedalam lautan. Lautan menerima semua air dari daratan dan tidak pernah memilih kwalitas air, air bening, air comberan dan air beracun sekalipun akan dia terima karena Lautnya yang dalam, maka semu air dengan sendirinya larut di dasar laut. Sikap dan pemahaman itu bisa menjadi contoh bagi keluarga, anak untuk bersikap rendah hati menerima semua perbedaan dari ciptaan Tuhan dengan cara yang sabar dan bijaksana.

Tidak semua orang menyadari bahwa dia tidak punya apa2 dan tidak punya siapa2 bahkan dirinya pun bukan punya dia, tapi punya Yang Akbar dan Yang Esa.

Manusia tidak menyadari bahwa dirinya tidak mampu sehingga tidak mau pasrah dan sumeleh (basa jawa), bersikap ngotot yang akhirnya menimbulkan rasa tidak syukur dan kecenderungan syikik, iri dan dengki,
Sering kali kita bertemu dan berteman sesama manusia bersifat dan bersikap setengah - setengah. Setengah (1/2) dalam mencari sandaran hidup, bersandar pada manusia lain, benda mati (uang, harta, jabatan dan lainya), kenapa tidak bersandar total sama Tuhan? pada Langit yang tidak lapuk karena jaman, dan tidak mati di makan usia sehingga bisa mengajarkan cara pandang pada keluarga, anak dan orang lain yang luas seluas cakrawala karena sandarannya Maha Kuat, sehingga tidak ada rasa kawatir, rasa takut dalam kebenaran dan hanya takut kalau dia lupa akan Tuhannya.

Itulah kehidupan, tidak ada faktor hoki dan kebetulan, semua "Ginaris" yang sudah ditentukan dari langit apapun jalannya baik buruk, senang tidak senang, terima atau menolak, cepat atau lambat semua harus di jalani dengan iklas, lapang dada dan rasa syukur, semua isi dunia adalah "rasa", yang akan habis seiring dengan umur manusia,
Sebenarnya ada satu "RASA" yang tidak pernah habis di telan waktu dan semua makhluk hidup memerlukan. hampir tidak ada manusia dan makhluk hidup yang mau di tinggal "RASA" ini, saking penting nya rasa ini manusia tidak menyadari dan bersyukur sama yang membuat "RASA" yaitu Tuhan yang Khalik Saking gampang dan murahnya (gratis) manusia lupa tidak berterima kasih sama yang membuat "RASA" yaitu Tuhan yang Kekal. Apakah kita termasuk golongan orang2 yang tahu "RASA" itu??? Kalo belum tau mari sama sama cari tahu "RASA" apa itu ?

Oleh: Joko Suharto
Posted by Hesti in Utrecht