Monday, May 19, 2008

Sustainable development dengan bio-refinery

Acara ISSM2008 Delft sangat menarik, terutama presentasi dari para keynote speaker. Sesuai dengan temanya: sustainable development, jadi yang dibicarakan adalah apa yang dimaksud dengan sustainable development, dari sisi sains dan teknologi, dan dikaitkan pula dengan issue terkini: food shortage akibat biofuels dan climate change akibat pembukaan lahan untuk pembangunan lahan-lahan sebagai sumber biofuels, dll. Jadi manusia sekarang ini membuat lingkaran setan baru, dengan menambahkan rantai biofuels kedalamnya.. sungguh tidak arif..

Kembali ke sustainable development, salah satu alternatif dalam melakukan pembangunan yang berkelanjutan adalah dengan mendaur ulang limbah, misalnya biorefinery. Istilah biorefinery ini analog dengan petroleum refinery, yaitu upaya mendaur ulang biomass (atau living material atau recently dead), yang dimaksud adalah rumput, limbah kayu, atau juga bisa pelepah, batang sawit yang selama ini dibiarkan membusuk, karena tidak bisa diolah. Prof. Sanders, dari Wageningen Univ. membuat plant biorefinery dengan raw material rumput.. Ide yang bagus untuk memanfaatkan alang-alang, yang lahannya sangat luas di Indonesia. Dari biorefinery, produk yang diperoleh berupa pakan ternak pelet (ini untuk mengatasi pakan ternak pada musim dingin dan kalau di Indonesia untuk musim kemarau panjang), selain itu dibuat juice grass, sebagai sumber nutrisi/pupuk, dan membuat biofuel dari wood debris/waste. Cara sang key note speaker membawakan presentasinya juga sangat menarik, beliau menjelaskan dari sisi ilmiah, mulai dari senyawa kimia (seperti balik lagi ikutan kuliah kimia organik di Bagunde-Bogor jaman dulu), hingga proses pengolahan di 'plant'-nya dan juga aplikasinya. wah.. ck.ck.. (seandainya saya jadi dosen, saya mau tiru metode mengajar seperti itu).

Jadi tepat sekali presentasi beliau berjudul "biorefinery, as bridge between agriculture and chemistry." Kalau orang-orang hanya berfilsafat dan berteori dengan sustainable, hanya bicara , begini, begitu.. wah kalah jauh deh dengan gagasan dan tindak nyata yang applicable bagi orang banyak. Pertanyaannya adalah apa kita hanya bisa jadi penonton dan hanya akan membeli mesin untuk biorefinery tersebut? It is easy to become a 'follower', but then you gonna stop at some point. Be an initiator.. jadi kita akan tetap di depan (ini kata salah satu pemakalah). Tapi ya jangan NATO (no action talk only) saja dong.. iya nggak?

No comments: