Wednesday, November 28, 2007

Gelar

Sebuah gelar merupakan kebanggaan bagi banyak orang, baik itu gelar akademik, gelar kebangsawanan dan gelar keagamaan atau gelar yang lain. Sebuah gelar dapat menunjukkan status atau hirarki seseorang. Itu baru sebuah gelar, apalagi bila seseorang memiliki lebih dari satu gelar. Maka sebuah nama akan menjadi lebih panjang dengan berderet gelar yang disandangnya.

Tidak salah dengan kebanggaan mencapai suatu gelar. Namun apakah itu perlu dicantumkan? Apalagi dengan mengubah akte kelahiran setiap mendapat gelar baru? Agar semua orang tahu pangkat derajat atau bahkan kemampuan (ilmu) yang telah ditempuhnya?

Menurut saya, perlu tidaknya gelar dicantumkan tergantung pada keperluan, situasi dan kondisi. Seorang dosen tentu harus mencantumkan gelar akademik tertingginya ketika menguji seorang mahasiswa, tapi apakah itu gelar itu perlu ketika dia mendaftar membeli tiket kereta api atau pesawat terbang?

Saya jadi teringat dengan tulisan Pak Andi H. Nasution (alm). Beliau dengan rendah hati tidak mencantumkan gelar akademik yang telah disandangnya, walaupun untuk keperluan dinas. Seorang stafnya mengingatkan beliau untuk mencantumkan gelar haji-nya, walau Pak Andi tidak berkenan mencantumkan gelar akademiknya. Sementara banyak orang lain begitu bangga dengan gelar akademik, sampai jalan pintas pun ditempuh untuk mendapatkan gelar tersebut. Membeli sebuah gelar bukan hal yang aneh di negeri ini bukan? Gelar doktor dapat diperoleh hanya dalam waktu sangat singkat, dengan membayar sejumlah uang.

Hegemoni uang, pangkat, derajat dan kekayaan. Selanjutnya, kebanggaan macam apa yang dapat diharapkan dari perilaku seperti ini?

No comments: