Seuntai kata, sebaris kalimat, sejuta makna...
Saya upload petikan email berikut dalam blog, karena ada falsafah yang terkandung di dalamnya dan harapan semoga memberi makna dan kesan yang dalam...
salam damai,
Banyak kegiatan, fasilitas, sarana, prasarana, suami, istri, teman,saudara untuk mengasah otak dan mengajak untuk menjadi pintar dan genius, tapi sedikit sekali hubungan, suami, istri, teman,saudara dan yang lain untuk mengasah hati dan mengajak menjadi ngerti dan baik, menjadi mengerti akan hidup dan kehidupan, mengerti yang di hidupi dan yang menghidupi, mengerti makna hidup dan manfaat kehidupan.
Sedikit sekali para guru, sekolah mengajarkan tentang budi pekerti yang menjadikan hati jadi tajam dan sensitif, tidak banyak orang tua yg punya waktu luang dan pemahaman bathin yang dalam bagi anaknya untuk memberi arahan tentang hakekat kehidupan. Juga tidak banyak orang tua yang bisa menerangkan jari manis dan menularkan sifat manis ke anaknya, bersikap manis dalam suka dan duka. Jari manis tidak pernah protes dan berubah nama menjadi jari tengah walau dia dibuat untuk membersihkan kotoran dan biasa saja dan tidak terlalu gembira walau dia di pakai makan enak.
Para orang tua juga harus koreksi dan benahi diri. Kehidupan yang dia jalani sudah banyakkah garam kehidupan yang dia peroleh sehingga bisa punya hati seluas dan sedalam lautan. Lautan menerima semua air dari daratan dan tidak pernah memilih kwalitas air, air bening, air comberan dan air beracun sekalipun akan dia terima karena Lautnya yang dalam, maka semu air dengan sendirinya larut di dasar laut. Sikap dan pemahaman itu bisa menjadi contoh bagi keluarga, anak untuk bersikap rendah hati menerima semua perbedaan dari ciptaan Tuhan dengan cara yang sabar dan bijaksana.
Tidak semua orang menyadari bahwa dia tidak punya apa2 dan tidak punya siapa2 bahkan dirinya pun bukan punya dia, tapi punya Yang Akbar dan Yang Esa.
Manusia tidak menyadari bahwa dirinya tidak mampu sehingga tidak mau pasrah dan sumeleh (basa jawa), bersikap ngotot yang akhirnya menimbulkan rasa tidak syukur dan kecenderungan syikik, iri dan dengki,
Sering kali kita bertemu dan berteman sesama manusia bersifat dan bersikap setengah - setengah. Setengah (1/2) dalam mencari sandaran hidup, bersandar pada manusia lain, benda mati (uang, harta, jabatan dan lainya), kenapa tidak bersandar total sama Tuhan? pada Langit yang tidak lapuk karena jaman, dan tidak mati di makan usia sehingga bisa mengajarkan cara pandang pada keluarga, anak dan orang lain yang luas seluas cakrawala karena sandarannya Maha Kuat, sehingga tidak ada rasa kawatir, rasa takut dalam kebenaran dan hanya takut kalau dia lupa akan Tuhannya.
Itulah kehidupan, tidak ada faktor hoki dan kebetulan, semua "Ginaris" yang sudah ditentukan dari langit apapun jalannya baik buruk, senang tidak senang, terima atau menolak, cepat atau lambat semua harus di jalani dengan iklas, lapang dada dan rasa syukur, semua isi dunia adalah "rasa", yang akan habis seiring dengan umur manusia,
Sebenarnya ada satu "RASA" yang tidak pernah habis di telan waktu dan semua makhluk hidup memerlukan. hampir tidak ada manusia dan makhluk hidup yang mau di tinggal "RASA" ini, saking penting nya rasa ini manusia tidak menyadari dan bersyukur sama yang membuat "RASA" yaitu Tuhan yang Khalik Saking gampang dan murahnya (gratis) manusia lupa tidak berterima kasih sama yang membuat "RASA" yaitu Tuhan yang Kekal. Apakah kita termasuk golongan orang2 yang tahu "RASA" itu??? Kalo belum tau mari sama sama cari tahu "RASA" apa itu ?
Oleh: Joko Suharto
Posted by Hesti in Utrecht
Friday, November 23, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment